Sejak masa puber, saya sudah tahu
kalau saya berbeda dengan para pria lainnya. Saya menyukai sesama lelaki. Tapi
karena saya jarang keluar rumah, saya kurang berinteraksi dengan para pria di
luar sana. Sebagai pelampiasan, saya sering masturbasi sambil melihat koleksi
foto cowok bugil yang kudapat dari internet, hasil copian di warnet tiap
minggu. Fantasi terbesarku adalah diperkosa oleh laki-laki jantan berbadan
bagus. Saya tak pernah menyangka bahwa fantasiku akan terwujud sebentar lagi..
Pagi itu, saya sedang berjalan-jalan
di sekitar lingkungan tempat tinggalku untuk mencari angin pagi. Seperti biasa,
sambil berjalan, kusapukan pandanganku mencari laki-laki ganteng untuk mencuci
mata. Sesosok tubuh pria pribumi bertelanjang dada menangkap perhatianku.
Tubuhnya terlihat sangat bagus dari belakang. Memang tidak sebagus tubuh
binaragawan, namun tetap saja menggiurkan. Pokoknya cocoklah kalau dia
memutuskan ingin menjadi model sampul majalah fitness pria. Warna kulitnya agak
gelap, namun dengan tubuh seseksi itu, dia nampak semakin menarik. Otot-otot
punggungnya terbentuk lumayan, nampaknya dia adalah seorang tukang bangunan
atau semacamnya.
Sesekali, dia menengokkan kepalanya
ke kiri dan ke kanan, tanpa sengaja memberiku kesempatan untuk melihat
wajahnya. Nampaknya dia tak terlalu tua, sekitar 30an. Tampangnya sangat
jantan, tegas, dan "beringas". Tapi wajahnya lumayan menarik juga.
Perlahan-lahan, batang kontolku mulai berdiri. Di dalam otakku yang mesum,
kubayangkan nikmatnya diperkosa olehnya. Oohh.. Saya lalu memutuskan untuk
berjalan tepat di belakangnya. Kapan lagi bisa ketemu lelaki menggiurkan
seperti ini? Telanjang dada lagi ;)
Setelah beberapa menit kuikuti,
tiba-tiba dia berbelok arah dan masuk ke dalam sebuah gang kecil. Dengan tekad
membara, kuikuti dia seperti seorang mata-mata. Gang itu sepi sekali. Tak ada
satu pun orang di sana. Semakin kuikuti, saya menjadi semakin takut namun
gairahku malah semakin tinngi. Kontolku telah basah oleh "precum" dan
cairannya telah membasahi bagian depan celena pendekku yang tipis.
Tiba-tiba, pria itu berhenti.
Otomatis, saya berhenti juga. Pada saat dia membalikkan tubuhnya dan
memandangku, jantungku serasa ingin lepas. Saya takut sekali. Bagaimana jika
dia sampai tahu bahwa saya mengikutinya. Namun pria itu hanya tesenyum.
Senyuman itu nampaknya seperti senyuman seorang penjahat.
"Mau apa loe ngikutin
gue?" Nada bicaranya terdengar agak tak ramah. Saya hanya terdiam saja.
Saat saya tertunduk, kulihat benjolan basah besar di celanaku.
"Gawat, dia pasti melihatnya.. Aduh, bagaimana ini?", pikirku.
"Gawat, dia pasti melihatnya.. Aduh, bagaimana ini?", pikirku.
Pria itu mendekatiku. Entah kenapa,
saya hanya berdiri terpaku di situ. Saya mulai gemetar ketakutan, namun
ketakutanku hanya menambah gairahku. Dalam hatiku, saya berharap dia akan
memperkosaku. Saya rela memberikan keperjakaanku padanya.
"Loe suka liat badan gue,
yach?" tanyanya setelah mengamati benjolan di celanaku.
Tangan kanannya bergerak menyapu
dada bidangnya. Dadanya yang agak gelap diremas-remas. Tak ayal lagi, putingnya
mulai menegang menjadi sangat lancip. Gairahku menjadi tak terbendung lagi.
Ingin rasanya saya memintanya untuk menyodomi pantatku, namun saya terlalu
takut.
"Loe suka ini?" tanyanya
lagi, kali ini agak terdengar menantang.
Dia berjalan semakin dekat.. Dekat..
Dan dekat, hingga akhirnya wajahku hampir menyentuh lehernya (Dia lebih tinggi
dibanding diriku). Menundukkan kepalanya sedikit, dia berbisik..
"Pengen diperkosa nggak?"
Saya hanya terdiam. Air liurku
rasanya susah sekali ditelan. Tangannya meraih turun dan memegang benjolanku
dengan kasar.
"Kontol loe pasti bagus. Gue
paling suka ama kontol yang nggak disunat.."
Setelah puas meraba-raba daerah
terlarangku, dia meraih resleting celananya. Dengan sekali tarik, resleting itu
terbuka dan kepala kontolnya menyembulkan diri untuk memberi salam. Namun saya
menjadi semakin takut. Palkon (kepala kontol) pria itu begitu besar dan ukuran
itu hanya ukuran sewaktu masih lemas. Bagaimana jika kontolnya terangsang? Saya
mulai berpikir untuk menolak kesempatan ini. Saya memang ingin dingetotin, tapi
bukan oleh kontol kuda. Saya bersiap-siap untuk kabur namun dia dapat membaca
pikiranku. Sebelum saya sempat bertindak, kedua tangannya telah mencengkeram
bahuku dengan sangat kuat.
Sambil menatap kedua mataku
dalam-dalam, dia berkata..
"Loe nggak bakal ke mana-mana.
Kalo loe berani kabur tau teriak, gue akan sumpah gue bakal ngabisi nyawa loe
dengan kedua tangan ini.." Cengkeramannya dipererat untuk menegaskkan
maksudnya.
Saya sungguh tak berdaya. Pada saat
dia membawaku ke tempatnya, saya hanya dapat mengikutinya. Tak ada kesempatan
untuk kabur karena dia tetap memegangi bahuku. Kontolnya masih bergoyang-goyang
di luar resleting celananya, mengikuti irama jalannya. Akhirnya kami sampai di
sebuah rumah kumuh, tak jauh dari gang tempat dia menangkapku. Dari luar, rumah
itu nampak tak terawat dan agak gelap.
Dengan kasar, dia mendorongku masuk.
Pria itu ikut masuk, setelah mengunci pintu untuk memastikan saya tak dapat
melarikan diri. Rumah itu memang kumuh sekali. Sinar matahari hampir tak dapat
masuk. Suasana di dalam rumah kecil itu remang-remang. Lantainya terbuat dari
semen halus, ruangannya hanya ada dua, penerangannya tak memadai, jendelanya
hanya ada satu, hampir tak ada ventilasi, dan tak ada perabotan selain beberapa
meja dan kursi kayu. Saya terhentak. Ruangan ini lebih tepat disebut sebagai
ruang tahanan bawah tanah, tempat para tentara menyiksa musuh-mush mereka.. Apa
yang akan dilakukan pria itu terhadapku, tanyaku dalam hati.
"Buka baju loe,"
perintahnya.
"Cepat!!" sambungnya, agak kasar dan tak sabaran.
"Cepat!!" sambungnya, agak kasar dan tak sabaran.
Beberapa saat kemudian, saya berdiri
tanpa sehelai benang pun di hadapan pria itu. Kontolku mengeras bak pelat baja.
Kolam "precum" terbentuk di atas palkonku yang tertutup kulup.
Pakaianku kutaruh di pojok ruangan itu. Pria itu melahap tubuhku dengan tatapan
bernafsu. Kontolnya yang masih tergantung di luar mulai hidup. Pelan-pelan namun
pasti, kontol itu memanjang, mengeras, dan membesar.
Tak lama kemudian, kontol itu telah
mencapai ukuran maksimum. Panjangnya kira-kira 25 cm. Dan keliling batang
kontolnya sekitar 15cm. Sungguh besar kontol yang dia miliki, seperti kontol
kuda penjantan. Agar lebih nyaman, pria itu melepas celananya sehingga kini dia
pun berdiri telanjang bulat. Tak ada rasa minder sedikit pun di wajahnya. Dia
bangga dengan tubuhnya dan juga dengan kontolnya.
"Sini loe." Dengan kasar
dan bernafsu, dia menarik tubuhku mendekat padanya.
Tanpa memberiku waktu untuk
berpikir, dia melumat bibirku sambil merangkul tubuh telanjangku. Kontol kami
saling beradu dan cairan kenikmatan membasahi tubuh kami. Untuk sesaat, rasa
takutku menghilang. Pada saat saya sedang terbuai oleh kenikmatan sentuhannya,
dengan sigap dia merantai tanganku dan menariknya sekuat mungkin. Tubuhku
terangkat ke atas. Dia terus menarik sampai akhirnya kontolku berada tepat di
depan mulutnya.
"Ini yang gue suka.. Kontol
berkulup.. Mm.." Kontolku langsung disantap olehnya.
Dengan liar, dipermainkannya
lidahnya. Saya hanya dapat meronta-ronta kenikmatan sambil mengerang-erang.
Bagiku, ini sama sekali bukan pemerkosaan. Namun, saya kemudian menyesal telah
berpikir demikian..
Saya hampir saja keluar, namun pria
itu menghentikan aksinya, Nampaknya, dia cukup puas dengan "precum"
yang kuhasilkan. Rantai yang mengikat kedua tanganku dilepaskannya. Saya
langsung dibawa ke sebuah meja kayu dan ditelentangkan di sana. Kedua tangan
dan kakiku diikat pada kaki-kaki meja. Khusus untuk kakiku, Supri mengikatnya
sedemikian rupa sehingga kakiku ngangkang dan memperlihatkan lubang ngentot
yang kumiliki. Ikatannya benar-benar kuat. Saya tak dapat bergerak! Telentang
pasrah di sana menunggu nasib. Nasib seorang budak homo.
"Untuk apa tubuhku diikat
seperti ini?" tanyaku, khawatir.
"Untuk dientotin.. Untuk apa lagi?" tawanya, bernada mengejek.
"Mulai saat ini, loe adalah budak sex gue. Budaknya Supri. Loe musti muasin nafsu seks gue, dan juga ngecret sebanyak yang loe bisa. Gue paling suka liat budak seks gue ngecret dan mengerang kesakitan akibat dientotin." Kali ini, saya benar-benar ketakutan. Pria yang bernama Supri ini nampaknya tidak main-main.
"Untuk dientotin.. Untuk apa lagi?" tawanya, bernada mengejek.
"Mulai saat ini, loe adalah budak sex gue. Budaknya Supri. Loe musti muasin nafsu seks gue, dan juga ngecret sebanyak yang loe bisa. Gue paling suka liat budak seks gue ngecret dan mengerang kesakitan akibat dientotin." Kali ini, saya benar-benar ketakutan. Pria yang bernama Supri ini nampaknya tidak main-main.
Supri berjalan mengelilingi meja
sambil meraba-raba tubuhku. Sentuhannya hanya membuatku semakin gila dengan
gairah. Dia lalu berhenti di depanku.
"Buka mulut loe, homo!"
serunya.
Tanpa kubantah, langsung kubuka
mulutku dengan senang hati. Kontol kuda itu lalu meluncur masuk. Rasanya besar
sekali, mulutku serasa ingin pecah. Kepala kontolnya bergerak maju dan mendesak
langit-langit mulutku. Cairan asin mengalir keluar dari lubang kontolnya dan
masuk ke dalam mulutku. Rasanya nikmat sekali. Namun sebelum saya dapat
menikmatinya, Supri menarik kontolnya mundur. Sesaat kemudian, kontol itu
bergerak maju lagi, lalu munder, maju, mundur. Dan begitu seterusnya. Untuk
mengimbangi kepalaku, Supri memegang kepalaku menyamping agar dia lebih leluasa
memperkosa mulutku. Saya hanya dapat mengerang nikmat sambil sesekali tersedak
dan hampir kehilangan napas.
"Yeah.. Hisap terus.. Aahh..
Homo emang paling tau nyenengin cowok.." katanya sambil tersengal-sengal.
"Uugghh.. Aahh.. Loe adalah budak homo gue.. Milik gue seorang.. Aahh.. Nikmat sekali.. Oohh yah.. Oohh.. Ahh.."
"Uugghh.. Aahh.. Loe adalah budak homo gue.. Milik gue seorang.. Aahh.. Nikmat sekali.. Oohh yah.. Oohh.. Ahh.."
Erangan-erangan nikmatnya sebentar
pelan, dan sebentar keras. Saya sendiri mulai suka diperlakukan seperti itu.
Namun mendadak, Supri semakin panas. Erangan-erangannya semakin keras dan
terdengar seperti sedang kesakitan.
"Aarrgghh.. Oohh.. Siap-siap,
homo.. Pejuh gue mau keluar.. Aahh.. Oohh.. Telan ini..!! Aarrgghh..!!
Oohh.."
Dan dengan itu, kontol Supri pun
memuntahkan isinya. Crroott.. Crroot.. Croot.. Cairan putih kental dan hangat
itu membanjiri mulutku. Dengan lahap, kutelan semuanya tanpa sisa. Oohh cairan
kelaki-lakian Supri memang sangat lezat.. Nikmat sekali..
"Uugghh.. Aahh.. Oohh.."
Kontol Supri menembakkan pejuhnya selama kurang lebih sepuluh kali, lalu
berhenti.
Keringatnya menetes membasahi
wajahku. Pria jantan itu lalu mengelus-ngelus wajahku seolah sedang berterima
kasih. Saya tersenyum puas sambil memejamkan mataku. Tak dapat dipercaya kalau
saya telah melakukan oral sex dengan pejantan itu. Kukira saya dapat
beristirahat, namun tiba-tiba kurasakan tangan Supri menjalar ke pahaku.
Sewaktu kubuka mataku, Supri telah berdiri di depan kontolku.
Dengan bernafsu, Supri membasahi
jari-jarinya kemudian jari-jari basah itu dimain-mainkan di lubang anusku yang
masih ketat. Ketika jari-jari itu menekan masuk ke dalam anus, rasanya agak
nyeri dan sakit. Apalagi ketika Supri memutar-mutarnya. Katanya, dia perlu
melonggarkan sedikit lubang pantatku sebab lubangku terlalu ketat.
Lama-kelamaan terasa nyaman dan nikmat. Saya mulai terbuai..
"Aa!! Apa itu?!" teriakku.
Rasanya luar biasa sakit. Sesuatu
yang jauh lebih besar tiba-tiba menghunjam masuk. Tersadar olehku kalau benda
itu adalah kontol Supri. Ya, tidak salah lagi, pikirku. Benda itu besar dan
panjang, hangat, agak basah di bagian ujungnya dan berdenyut-denyut.
"Aahh..!! Sakit.."
erangku.
"Diam loe, homo! Loe adalah budak seks gue dan loe musti mau gue ngentot. Sebentar lagi, loe udah bukan perjaka lagi.." tawanya riang.
"Jarang sekali bisa perkosa cowok homo yang masih perjaka.. Aahh.. Nikmatnya.."
"Diam loe, homo! Loe adalah budak seks gue dan loe musti mau gue ngentot. Sebentar lagi, loe udah bukan perjaka lagi.." tawanya riang.
"Jarang sekali bisa perkosa cowok homo yang masih perjaka.. Aahh.. Nikmatnya.."
Supri menarik jari-jarinya keluar
dan menusukkan kontolnya lebih dalam lagi. Saya mengerang semakin keras.
Sakitnya bukan kepalang. Rasanya seperti hendak terbelah dua saja. Lubang
pantatku menganga lebar, tersumbat oleh kontol kuda itu. Air mata mengalir dari
mataku, saya telah diperkosa oleh Supri.
Pada saat itu, saya benar-benar
menyesal telah meminta permohonan konyol macam itu, namun sudah terlambat untuk
menyadarinya. Supri mulai menggenjot pantatku. Masuk, keluar, masuk keluar..
Seiring dengan irama genjotannya, saya menangis dan mngerang. Lubang duburku benar-benar
panas dan perih. Saya berusaha untuk berontak namun tali itu mengikatku terlalu
kuat.
"Aagghh!!" teriakku lagi.
"Ampun, Bang.. Aacchh.. Sakit.. Ampun, Bang.." tangisku.
"Aacchh!!" Namun tangisku tak dihiraukannya. Malah Supri menjadi semakin beringas dan liar.
"Oohh.. Lubang loe ketat sekali.. Aahh.. Lebih ketat dibanding memek.. Uugghh.. Mimpi apa gue semalam.. Aahh.. Bisa dapatin homo kayak loe.. Aahh.." sahutnya di sela-sela aktivitas ngentotnya.
"Ampun, Bang.. Aacchh.. Sakit.. Ampun, Bang.." tangisku.
"Aacchh!!" Namun tangisku tak dihiraukannya. Malah Supri menjadi semakin beringas dan liar.
"Oohh.. Lubang loe ketat sekali.. Aahh.. Lebih ketat dibanding memek.. Uugghh.. Mimpi apa gue semalam.. Aahh.. Bisa dapatin homo kayak loe.. Aahh.." sahutnya di sela-sela aktivitas ngentotnya.
Saya terkejut ketika menyadari bahwa
saya menikmati rasa sakitku. Rasa sakit akibat diperkosa Supri itu terasa
sangat nikmat. Gesekan kontolnya dengan dinding dalam duburku mengirim
sinyal-sinyal nikmat ke otak mesumku. Perlahan namun pasti, saya terhanyut
dalam irama ngentotnya.
Supri nampaknya mahir sekali dalam
urusan ngetot-mengentot. Dia bisa melakukannya dalam ebrbagai versi. Pertama
dia bisa melakukannya dengan sangat lambat. Menusukkan kontolnya sampai masuk
dalam sekali lalu dicabut seluruhnya. Kemudian, kontolnya itu dihujamkan lagi
tanpa ampun dan kemudian ditarik lagi. Begitu eterusnya dan semuanya dilakukan
dalam tempo lambat. Sungguh sakit, menyiksa, namun nikmat bagiku. Kedua, Surpi
bisa mengentotiku dengan sangat cepat seperti laju kereta api express. Saking
cepatnya, tubuhku terguncang-guncang dan lubangku terasa mulai berdarah.
Ketiga, Surpi dapat memutar-mutarkan kontolnya di dalam anusku. Aahh..
Nikmatnya..
"Aahh.. Homo.. Oohh.. Ngentot..
Aarrghh..!! Nikmatnya.. Aahh.." erang Supri.
Sekujur tubuhnya bsah dengan
keringat. Rambutnya pun basah. Keringatnya jatuh membasahi tubuhku yang juga
mulai berkeringat. Sisa pejuhnya yang tadi dia keluarkan sedikit terlumur di
badanku.
"Lagi, Bang.. Lagi.."
mintaku, terengah-engah.
"Wow, lihat ini.. Budak homoku akhirnya menunjukkan kulit aslinya.. Aahh.. Gue tau.. Loe pasti suka.. Oohh.. Dientotin ama kontol gue.. Ngentot! Arrghh.."
"Wow, lihat ini.. Budak homoku akhirnya menunjukkan kulit aslinya.. Aahh.. Gue tau.. Loe pasti suka.. Oohh.. Dientotin ama kontol gue.. Ngentot! Arrghh.."
Supri kemudian memegang kontolku
yang telah banjir dengan "precum"-ku dan mulai mengocoknya. Kontolnya
masih terus memompa tubuhku.
"Ngecret, ngecret, ngecret.."
ulangnya berkali-kali, seperti mantra.
"Oohh!!"
"Oohh!!"
Saya tidak kuat lagi. Saya harus
ngecret. Saya harus mengeluarkan pejuhku.. Pejuh seorang homo..
"Aarrgghh..!! Oohh!! Aahh!!
Uughh!! Oohh!!"
Saya terus mengerang-erang seperti
orang kesetanan. Tubuhku menggelepar-gelepar seperti tersengat listrik,
tersengat orgasme hebat. Mengalami orgasme hebat sambil terikat di meja dengan
sebuah kontol super di dalam pantat rasanya NIKMAT sekali!! Aarrgghh..!! Pada
saat yang sama, Supri pun berorgasme.
Begitu saya ngecret, lubang duburku
menutup secara refleks dan mencekik kontol Supri. Kontan saja, kontol itu pun
menyerah dan memuntahkan laharnya untuk yang kedua kalinya Crot!! Crot!! Crot!!
"aarrgghh!!" Dengan jeritan yang keras sekali, seperti lolongan serigala
yang terluka, Supri pun ngecret. Badannya mengejang-ngejang dengan dahsyat.
Pejuhnya, seperti air bah, membanjiri lubang ngentotku. Aahh.. Hangat.. Tubuh
kami berdua dikuasai oleh setan orgasme dan setan nafsu seks. Saya baru pertama
kali itu mengalami orgasme yang sedemikian hebat.
Akhirnya orgasme itupun usai. Supri
menjatuhkan tubuhnya di atas tubuhku. Pejuh yang kusemprotkan menodai perutku
dan perutnya. Rasanya enak sekali ditimpa oleh pria segagah Supri. Afterplay
kami diisi dengan tidur-tiduran seperti itu selama beberapa menit. Setelah
Supri berhasil mengumpulkan tenaganya kembali, dia bangun dan menciumiku dengan
mesra. Kontolnya telah melemas di dalam anusku dan tergelincir keluar dengan
sendirinya. Pejuhnya yang bersarang di dalam anusku juga ikut mengalir keluar
seperti tetesan air keran. Supri pun berkata..
"Mulai saat ini, loe adalah
budak gue. Kapan pun gue panggil, loe musti datang. Kalo nggak, gue bakal
beberin semuanya ke orang se-RT biar semua tau loe homo."
"Loe musti bersedia nyedot kontol gue, minum pejuh gue, dingentotin gue, dan juga ngelakuin apapun yang gue suruh. Ngerti?", lanjutnya lagi. Saya hanya mengangguk lemah.
"Loe adalah homo gue. Hak milik Supri. Gak boleh ada cowok lain yang ngentotin loe, kecuali gue yang suruh. Mengerti?"
"Ya, Bang," sahutku lemah.
"Loe musti bersedia nyedot kontol gue, minum pejuh gue, dingentotin gue, dan juga ngelakuin apapun yang gue suruh. Ngerti?", lanjutnya lagi. Saya hanya mengangguk lemah.
"Loe adalah homo gue. Hak milik Supri. Gak boleh ada cowok lain yang ngentotin loe, kecuali gue yang suruh. Mengerti?"
"Ya, Bang," sahutku lemah.
Dan dimulailah hari-hariku bersama
Supri. Setiap hari, saya dingentot habis-habisan oleh Supri. Tak jarang Supri
mengundang teman-temannya sesama tukang bangunan untuk menghajar pantat homoku
dna memuaskan nafsuku akan kontol. Dan saya bahagia untuk dapat menjadi budak
seorang tukang bangunan macho seperti Supri.