Sabtu, 14 April 2012

Ternyata Pak Rektorku Gay


Aku tidak tahu bagaimana semua ini berawal. Yang pasti, sejak aku merasakan adanya gejolak seks pada diriku, ketertarikanku bukannya tertuju pada perempuan, melainkan laki-laki. Anehnya, laki-laki impianku adalah laki-laki setengah baya atau lebih, kebapakan dan gemuk. Anehnya lagi, puncak gairahku bukan pada wajah melainkan ketiak. Ya, aku selalu membayangkan ketiak laki-laki berumuran 50 tahun.
Impian tentang ketiak laki-laki setengah limapuluh tahun itulah yang kemudian mengisi benakku jika birahi datang. Di sisi lain, aku masih takut setengah mati jika gairah misterius ini kuungkapkan. Akibatnya, selama ini aku hanya bisa mencari celah dengan cara melirik dan berharap bisa melihat ketiak itu pada setiap laki-laki yang memenuhi kriteria itu, berumuran 50-an tahun dan gemuk.
Aku simpan gairahku ini sejak aku merasa memiliki naluri seks, benar-benar penantian panjang yang tidak hanya menyiksa, melainkan juga menghadirkan frustasi bagiku. Selama itu pula keberanianku seperti lenyap ditelan bumi. Aku terus mencari cara agar bisa menemukan laki-laki dengan ketiak seperti yang aku impikan tetapi sekaligus menyimpan mimpi rahasia ini dari siapapun. Hingga suatu hari mimpi itu menjadi kenyataan.
Kisah itu terjadi ketika dimasa pertengahan kuliahku di sebuah perguruan tinggi bergengsi di Jawa. Aku memang salah satu yang beruntung bisa kuliah di sana.
Saat itu aku dan kawan-kawan mahasiswaku sedang menggarap sebuah kegiatan sosial yakni menggelar aksi pasar murah di sebuah daerah yang belum lama lalu tertimpa bencana banjir. Nah, sebagai anggota panitia inti aku ketiban tugas menghadap Rektor universitasku untuk meminta ijin dan bantuan sarana seperti kendaraan pengangkut dan berbagai peralatan yang kami butuhkan di lokasi nanti.
Ini bukan tugas yang mudah karena kesibukan rektor yang tidak pernah selesai itu. Tetapi aku juga bersemangat karena aku sungguh menyukai tampang rektorku ini. Meski tidak pernah bertatap muka secara dekat, tetapi dari berbagai kesempatan aku telah mengamati, rektorku adalah seorang pria setengah umur yang bagiku masuk daftar 'sangat seksi'. Siapa tahu aku bisa melihat sekilas ketiaknya ketika berbicara denganku nanti, pikirku berharap.
Masih pagi ketika kakiku menginjakkan kaki di lantai tiga gedung rektorat, tempat ruangan rektor berada. Dari sekretarisnya aku tahu, aku mendapat urutan ketiga menghadap rektorku. Okey, aku lalu merebahkan pantatku di ruang tunggu. Setelah sekitar 30 menit menunggu, perempuan yang tampak anggun di usianya yang aku taksir sekitar 35 tahun itu memanggilku dan menyuruhku masuk.
Aku segera masuk ke ruangan ber-AC. Pak Rektor masih sibuk menandatangani menandatangani beberapa berkas.
"Silakan duduk, Mas," katanya tanpa memandangku.
Tampaknya, mahasiswa memang selalu tidak menarik baginya. Tetapi beberapa menit kemudian aku sadar aku telah keliru menilai rektorku.
"Apa yang bisa saya Bantu nih," katanya santai, sembari bangkit dari kursi putarnya.
Dadaku makin bergemuruh. Beberapa menit kemudian, sosok yang kukagumi itu sudah berada hanya sekitar 50 centimeter di depanku. Sungguh membuatku terkesiap.
Hari itu beliau mengenakan kemeja putih lengan panjang, berdasi dan bawahan gelap. Wajahnya kebapakan, dadanya menyembul indah dibalik kemeja putihnya, membangun komposisi yang begitu eksotik berpadu dengan perutnya yang meski menyembul tetapi tidak cukup gemuk. Lengannya besar dan tampak kuat dengan bulu-bulu di lengannya yang sedikit terbuka.
"Okey, apa yang bisa bapak bantu? Bapak sedang tidak begitu sehat nih?" katanya kemudian. Pemakaian kata 'bapak' sungguh membuat andrenalinku mengalir cepat.
"Ini, Pak, saya mau meminta universitas membantu kami menggelar acara pasar murah.." aku lalu berceloteh menerangkan konsep acara dan rangkaian kegiatan yang bakal kami gelar, mirip salesman produk elektronik.
"Wah, bagus itu, membantu warga yang baru saja tertimpa musibah. Baik, apa yang dibutuhkan?" katanya.
Plong, langkah besar telah kucapai. Aku lalu menyodorkan proposal dan beliau segera menandatanganinya setelah membaca sekilas.
"Saya setuju, saya dukung," katanya.
Gol, tugasku telah mencapai targetnya. Tiba-tiba aku lihat dia memijit-mjit leher dengan tangan kirinya, menampakkan ada yang salah pada urat leher. Kesempatanku, pikirku setengah ngelantur.
"Ee, bapak sedang tak enak badan, apa yang sakit, Pak?" tanyaku setengah gemetar.
Kali ini otakku sudah dipenuhi fantasi mengenai orang ini. Aku berusaha memancingnya.
"Ini loh, leher saya kaku sekali, sepertinya bapak salah tidur nih," katanya sembari mengelus leher kirinya.
"Ngg, boleh saya pijit, Pak, siapa tahu akan membantu," kataku begitu saja.
Aku merasa sudah lepas kendali ketika mengucap kalimat itu.
"Oya, boleh, wah itu akan sangat membantu," katanya.
Kuletakkan map berisi proposal dan sejurus kemudian kedua tanganku sudah memijit leher ektorku yang gagah. Persentuhan kulit tanganku dan kulit leher Pak Rektor segera membuat hormon seks-ku tersentak.
"Wah, bapak kurang tidur, nih," kataku berusaha memecah sunyi.
"Iya nih, soalnya beberapa malam ini lembur baca laporan. Wah ini enak sekali," kata Pak Rektor sembari melepas dasinya.
Aku terkesiap karena Pak Rektor lalu membuka beberapa kancing kemejanya. Tanganku segera bergerak. Urutan jariku tidak lagi hanya terpusat pada sisi leher kirinya, melainkan bergerak ke arah depan dan pundak. Pak Rektor menengadah, kulihat matanya menutup, tanda merasakan keenakan. Tanganku lalu menuju ke dada atasnya.
"Wah, enak sekali ini, terus ya. Jangan kawatir, saya sudah bilang sekretaris saya tidak mau menerima tamu sampai siang nanti," katanya.
"Ngg, lebih baik kemeja Bapak dibuka ya," kataku setengah berharap.
Di luar dugaan, tanpa menunggu waktu Rektorku segera membuka kemeja. Kini tampaklah tubuh bapak yang seksi ini. Tanganku segera menyambutnya, jari-jariku bergerak ke arah dada, kembali ke leher, lalu ke dada dan semakin mendekat ke putingnya. Tiba-tiba kedua tanganku diraihnya dan aku diminta bergerak hingga berhadapan dengan wajah rektor.
"Mau nggak adik mencium Bapak?" katanya.
Meski kaget, tetapi aku tidak boleh menyiakan kesempatan. Tanpa menunggu waktu, aku segera mendaratkan hidungku ke pipinya, lalu ke bibir Pak rektor. Ahh, luar biasa. Aku merasa sekujur tubuhku seperti kena setrum tegangan tinggi. Aku terus menciumi wajahnya, lalu leher, lalu pundaknya, lalu dadanya. Erangan lirih bergumam dari mulut rektorku. Kini dia tersandar pasrah di kursi panjangnya.
"Pak, saya ingin mencium ketiak Bapak," kataku meminta.
"Lakukan, lakukan sekarang," kata Pak Rektor.
Sekejab kemudian aku daratkan mulutku pada bagian atas lengannya. Aku tidak mau terburu-buru. Sembari mengangkat lengan kirinya dengan tangan kananku, aku terus menciumi lengan Rektorku, semakin dekat ke arah ketiak. Hingga lengan itu benar-benar terbuka.
Kulihat bulu-bulu itu merekah, wow, luar biasa. Darahku terkesiap. Pertama-tama aku ciumi ketiak itu dengan hidungku. Bau parfum lembut menyapa indra pembauanku, bercampur dengan bau keringat laki-laki.
"Oh, Pak Rektor. Anda seksi sekali," kataku.
Kini lidahku menyapu ketiaknya, membuat bulu-bulu rimbun itu basah. Sementara tangan kiriku terus meremas ketiak kirinya.
"Oughh.. Oughh.. Terus, Nak, terus, Bapak senang.. Ougghh, nikmat sekali," desah Rektorku tercinta itu.
Mmm, tanpa basa-basi lagi, aku lepas ikat pinggangnya, lalu kait celana, lalu aku pelorotkan. Wow, batang itu telah sekeras batu. Aku lalu melepas celana dalam rektorku. "Lakukan, nak, lakukan, bapak sungguh menikmatinya," kata dia.
Kami berlumat bibir kembali, lalu aku jilati lehernya, lalu dadanya. Aku sedot puting susunya hingga Pak rektor mengaduh. Lidahku terus bergerak, kini ketiak kanannya aku jilati, sementara tangan kananku meremas-remas bulu ketiak kirinya. Lalu sebalinya, aku lumat ketiak kirinya dengan lidahku hingga mengkilap-kilap karena basah. Lalu perutnya aku jilati, bulu halus di sana membuat kontolku sangat kencang karena birahi.
Kini wajahku berada diantara dua kakinya. Kontol itu aku ciumi, jembutnya aku jilati. Perutnya yang membuncit seksi aku remas. Sementara tangan kiriku terus meremasi ketiak kanannya.
"Ouugghh.. Pakk, oughh.. Pak, bapak benar-benar seksi, ketiak bapak ougghh..," kataku sebelum mulutku telah dipenuhi batang kontolnya yang sudah sangat keras.
"Lakukan sekarang, lakukan sekarang.. Oughh," kata Rektorku sembari bangkir dan membalikkan badannya.
Kini pantatnya ada di depanku. Kedua tangannya memegangi sandaran kursi. Aku lalu melepas celanaku. Lalu menggosok-gosokkannya pada pantat rektorku yang putih bersih. Tanganku terus sibuk meremasi ketiak dan dadanya yang gembul. Sejurus kemudian kontolku sudah masuk ke lubang itu.
"Arrhhgg.. Aghh. Aggrrhh.." teriak rektorku lirih.
"Oooh, nikmat sekali, ayo digenjot, Bapak sudah tidak tahan nihh," katanya.
Aku langsung menekan kontolku. Beberapa menit kemudian aku sudah mengentot rektorku yangs eksi. Aku menggenjotnya, tarik-tekan-tarik-tekan.. Ougghh.. luar biasa nikmat.
"Ougghh.. Pak.. Saya sudah tidak tahan.. Ougghh..," kataku dan air maniku sudah siap menyembur.
Tanganku kananku segera menyusup mencari ketiaknya, tangan kiriku meraih puting kirinya dan.
"Aaargghh.. Pak, saya keluar.. Ougghh," desahku sembari mengejangkan badanku menikmati sejuta pesona puncak ini.
"Ouugghh.. " rektorku balas mendesah.
Sesaat kemudian rektorku membalikkan badan. Kontolnya yang sudah sangat tegang seperti roket yang siap diluncurkan. Wajahku ditariknya, dibenamkan untuk menjilati kontolnya yang terus dikocoknya. Aku jilati kontol itu sementara tangan kananku terus mengocoknya.
"Aagrrghh.. Ougghh.. Enak sekali.. Uuugghh.. " jeritnya.
Gerakan mengocok itu semakin kukencangkan, sementara mulutku terus melumat pucuk kontolnya yang merah membara. Tangan kiriku meremas-remas puting kirinya.
"Ouugghh.. Bapak mau keluar, awas, bapak mau keluarr," katanya sembari mengejang.
Benar saja, beberapa detik kemudian cairan putih menyembur ke wajahku, memuncrati seluruh wajahku hingga kuyup.
"Ouugghh.. Nikmaat.. Nikmaat sekali..," ujar Pak rektor di akhir ereksinya.
Kami lalu berangkulan. Aku masih menciumi dada dan ketiaknya. Lalu kami berciuman.
"Bapak, jangan dicukur rambut ketiaknya ya, oh, bapak ini seksi sekali," kataku.
"Tenang saja, ketiak bapak milikmu, bapak tidak akan mencukurnya. Bapak senang kamu menciuminya," katanya sembari mendaratkan ciuman ke mulut. Kami berpagutan lagi.
"Jangan bilang siapapun. Ini hanya antara kita, okey. Bapak senang sama kamu, kami juga sangat seksi dan pandai menyenangkan saya. Bapak akan calling kamu nanti untuk ketemu, okey," kata Rektorku.
Aku tertawa senang lalu menghadiahinya dengan ciuman di bibir. Setelah kembali berpakaian dan membersihkan bekas pertempuran kami, aku meminta pamit kembali ke kampus. Aku melangkah keluar ruang rektorku seperti melayang. Dia tidak hanya seorang rektor, melainkan laki-laki impian yang tiba-tiba hadir begitu saja, menjawab semua mimpi, membuatnya nyata dan mengajakku terbang ke langit tujuh.
Sejak itu aku dan rektorku sering membuat janji bertemu di hotel atau tempat tertentu. Setiap kali bertemu, ketiaknya adalah bagian yang paling aku gemari. Aku ciumi, jilati dan terus jilati. Kami sungguh menikmati semua itu sebagai dua orang pecinta. Hingga aku lulus dan kemudian bekerja di kota yang lain.
Sejak itu pula kami jarang bertemu, rektorku sendiri ditarik ke Jakarta dan menjadi pejabat di Kementrian Pendidikan usai habis masa menjadi rektor yang hanya lima tahun itu. Lalu semuanya kembali seperti semula, dan aku terus memimpikan laki-laki berumur setengah abad atau lebih, gemuk dan ketiak yang lebat.
Hingga kisah ini aku tulis, mimpi itu terus menggema dalam ruang pikir dan setiap desah nafasku. Aku selalu berharap dan berharap, aku akan bertemu laki-laki setengah abad atau lebih tua, gemuk dan ketiak yang rimbun. Aku menginginkannya, terus memimpikkannya, hingga kini. Seandainya aku bertemu dengan laki-laki seperti itu, akan aku beri semuanya, semuanya.

Guru Lesku Bejat


Sebenarnya saya tidak suka dengan keputusan orangtuaku untuk mencarikanku seorang guru les. Maksudku, saya merasa sudah dewasa dan tidak membutuhkan guru les. Tapi menurut orangtuaku, ujian kelulusan SMU akan sulit sekali dan saya harus dibantu. Meski bersungut-sungut, saya terima juga 'tawaran' mereka.
Namun saat guru les-ku tiba, saya berubah pikiran. Namanya Pak Hektor. Umurnya hampir mencapai 40, tapi masih nampak kuat dan gagah. Malah, tubuhnya nampak padat dengan otot. Pakainnya rapi sekali, berhubung dia juga bekerja di sebuah perusahaan swasta di bagian accounting. Sehabis pulang kantor, dia langsung datang untuk mengajarku. Saya suka akan keramahannya, humornya, dan mungkin juga wajahnya, meksipun saya tidak pernah memikirkan bahwa mungkin saja saya adalah seorang homoseksual.
Pak Hektor masih belum menikah, dengan alasan bahwa dia sudah menikah 2 kali dan gagal. Jadi dia bosan untuk mencobanya lagi. Sungguh kasihan dia, padahal dia sangat tampan dan macho. Kira-kira sebulan sejak dia mengajarku, saya melihat sifat Pak Hektor yang asli.
Saat itu, dia sedang mengajariku biologi tentang alat reproduksi manusia. Topik ini merupakan topik favoritku sebab berhubungan dengan seks, meskipun tidak vulgar/porno. Di depan kami telah terpampang bagan organ kejantanan pria yang lebih dikenal dengan kontol. Dengan sabar, Pak Hektor membantuku menghapalkan setiap bagian organ pria. Saya tidak menyadari bahwa Pak Hektor mulai bersikap aneh, pandangan matanya serasa ingin menelanku saja.
".. Dari saluran inilah nanti sperma akan tersemprot keluar pada saat kontol berejakulasi," katanya.
"Bagaimana? Kamu sudah mengerti?"
Saya menggeleng-gelengkan kepalaku.
"Sebenarnya saya masih agak sedikit bingung. Maksudku, saya kesulitan menghapalkan fase-fase ejakulasi. Prosesnya terlalu rumit," keluhku, mataku terpaku pada penampang kontol di buku biologiku itu.
"Begini saja," kata Pak Hektor, matanya berbinar-binar.
"Bagaimana kalau dipraktekkan saja. Mungkin nanti kamu akan mengerti dengan jelas. Kamu sudah pernah ngocok?"
"Ngocok? Apaan tuh Pak?" tanyaku kebingungan setengah mati. Baru kali ini saya mendengar istilah 'ngocok'. Maklum, saya anak pendiam.
"Itu loh, masturbasi," jelas Pak Hektor seraya memperagakan adegan ngocok dengan kedua tangannya.
Mukaku langsung bersemu merah. Rasanya tidak etis membicarakan masalah sepribadi itu dengannya, tapi demi nilaiku saya menjawabnya dengan jujur.
"Sudah pernah, sih, Pak. Bahkan sering. Tapi saya tidak pernah memperhatikan prosesnya. Maksudku, setelah ejakulasi, ya sudah, selesai."
Tiba-tiba saya merasa sedikit tak nyaman saat Pak Hektor meletakkan tangannya di leherku dan membawaku ke dadanya.
"Bapak akan membantumu memahami proses ejakulasi," gumamnya, seraya mencium-cium rambutku yang baru saja ku-shampoo.
"Pak, kenapa Bapak memelukku begini?" tanyaku, mulai ketakutan.
Tapi saya tidak punya keberanian untuk melawannya sebab tubuhnya lebih besar dibandingkan tubuhku, Jelas sekali bahwa Pak Hektor sering menghabiskan waktu luangnya dengan berolahraga. Saat saya dipeluknya, kurasa otot-otot dadanya yang keras sekali ingin meremukkan wajahku. Saya takut kalau saya memberontak, dia akan memukulku. Tiba-tiba saja, sosok guru les yang baik kini berubah menjadi seorang tukang perkosa homoseksual. Celakanya, kedua orangtuaku sedang pergi. Saya terperangkap berdua dengannya!
"Pak, jangan begitu, ah. Bapak membuatku takut," ucapku, sesopan mungkin.
"Jangan takut. Bapak hanya ingin membantumu. Kamu ingin lulus 'kan Kalau kamu ingin lulus, biarkan Bapak membantumu. "
Pak Hektor tak ingin melepasanku, malah tindakannya semakin menjadi-jadi. Tangannya mulai menjalar ke bawah kaosku dan, dengan sekali hentakan, kaosku pun terlepas. Saya melihat kesempatan emas dan buru-buru bangkit berdiri dari bangku dan berniat untuk berlari sekencang mungkin ke arah pintu, namun Pak Hektor keburu menangkapku duluan.
"Ehh, mau ke mana kamu? Bapak hanya ingin membantumu. Tenang saja. Bapak tak mungkin melukaimu."
Pak Hektor menatapku dengan pandangan aneh. Matanya sama sekali tidak nampak seperti mata penjahat, tapi lebih mirip seperti mata seorang pria yang sedang kasmaran. 'Astaga! Apa mungkin Pak Hektor jatuh cinta padaku?'
Entah kenapa, makin lama saya melihat matanya, badanku makin lemas. Pak Hektor terus menatapku dalam-dalam, seakan sedang memasuki diriku. Saya tak berdaya melawannya. Salah satu tangannya mulai menjalar turun dan melorotkan celana pendekku. Saat celanaku jatuh ke lantai, saya merasa duniaku runtuh. kontolku yang masih tidur nampak indah sekali di mata Pak Hektor. Kulihat dia menjilati bibirnya. Saya menyesal sekali tidak sempat memakai celana dalamku. Tapi kalaupun kupakai, Pak Hektor pun akan melepaskannya.
Sambil memelukku dengan satu tangannya, Pak Hektor mulai menelanjangi dirinya sendiri. Saya kagum dengan caranya melolosi pakaiannya dengan menggunakan hanya satu tangan saja. Pertama-tama kemeja kerjanya lepas dan jatuh ke lantai. Untuk pertama kalinya saya dapat melihat dadanya yang kekar dan berotot. Memang, tubuhnya tidak sebesar Hulk atau Ade Rai, tapi tergolong besar untuk ukuran standard pria. Entah kenapa, mataku malah terpaku pada sepasang putingnya yang kecoklat-coklatan. Disekeliling kedua puting itu nampak rambut-rambut halus tumbuh.
Pertunjukan streaptease Pak Hektor berlanjut dengan jatuhnya celana panjangnya beserta celana dalamnya. Astaga, tubuh Pak Hektor memang sungguh-sungguh indah, seindah pahatan patung Yunani. Mataku beralih turun dan terpaku pada batang kontolnya yang menggantung. Sungguh besar ukurannya. Saya tak dapat mebayangkan ukurannya saat kontol itu mencapai ereksi penuhnya. Kubayangkan panjangnya pasti menyamai panjang penggaris plastic 30cm milikku.
"Kita sudah sama-sama telanjang, dan Bapak senang bisa berbagi keintiman denganmu," katanya, memecahkan lamunanku.
"Percaya atau tidak, kamu memiliki sisi homoseksual yang masih tertidur. Bapak tahu kamu selama ini belum pernah terangsang secara seksual kalau melihat cewek, benar kan?"
Tubuhku mendingin. Apa yang diucapkannya memang benar. Tapi darimana dia mengetahuinya?
"Kamu tak perlu takut unutk berhubungan dengan sisi homoseksualmu. Tak ada salahnya untuk menjadi homoseksual asalkan kita tidak berbuat jahat. Bapak akan membantumu mendalami sisi homoseksualmu. Kamu akan lihat, setelah ini, ilmu biologi reproduksimu akan meningkat dan kamu pun akan menjadi seorang homoseksual sejati."
Dengan itu, Pak Hektor memaksakan sebuah ciuman pada bibirku. Saat bibirnya mencoba untuk mengusaiku, kurasakan kontol Pak Hektor yang besar itu mulai menegang, menegang, dan terus menegang. kontolnya tegang sekali dan menusuk-nusuk bagian bawahku, bertarung dengan kontolku yang masih setengah lemas dan setengah tegang.
Saya terkejut sekali saat menyadari bahwa saya tak berdaya melawan kata-katanya. Saya ingin memberontak dan lari namun tubuhku terpaku di sana. Bibir Pak Hektor melumat-lumat mulutku dan lidahnya menjulur masuk seperti ular. Pak Hektor akan memperkosaku dan merubahku menjadi seorang homoseksual. Bagaiamna ini? Semakin lama dia menciumku, saya menjadi semakin bingung sebab sekujur tubuhku mulai menyukai perlakuan cabulnya. Badanku yang telah telanjang bulat serasa bergetar dengan kenikmatan saat Pak Hektor meraba-rabanya. Tangannya yang kasar merangsang setiap jengkal dari kulitku.
"Kamu milikku. Tahukah kamu, Bapak telah jatuh cinta padamu pertama kali Bapak melihatmu. Bapak ingin memilikimu. Bapak mohon, biarkan Bapak bercinta dengnmu. Biarkan Bapak menunjukkan betapa besarnnya cintaku ini padamu."
Pak Hektor kembali menciumiku. Pengakuan cintanya sangat mengejutkanku, namun apa yang dapat kuperbuat? Tangan Pak Hektor mulai mengocok-ngocok kontolku. Pelan tapi pasti, kontolku menegang dan akhirnya 100% ngaceng. Saya terpana melihat kontolku di bawah pengaruhnya.
"Sambil bercinta denganmu, Bapak akan ajarkan biologi padamu. Tahap ini dinamakan tahap rangsangan (excitemant phase). Tangan Bapak berhasil merangsang kontolmu, memaksa darah terpompa ke dalam rongga kontol sehingga kontolmu bangkit berdiri."
Tangannya kemudian mulai mengerjain kontolku dengan lebih cepat. Tanpa dapat kucegah, precum mengalir keluar, melumasi kepala kontolku dan mempermudah masturbasi. Pikiranku berteriak bahwa saya tak ingin dicoli Pak Hektor, namun saya tak dapat mencegahnya. Saya berusaha untuk memikirkan hal-hal lain yang dapat membuat kontolku melemas, namun yang muncul malah sederet bayanganan tubuh Pak Hektor yang telanjang. Dan alhasil kontolku menjadi semakin ngaceng.
Astaga, apakah dia juga mengendalikan pikiranku juga? Kini saya benar-benar ketakutan dengan Pak Hektor. Dia sepeti mutan dalam film X-Men saja, sanggup memanipulasi pikiran. Namun saya harus mengakui bahwa dicoli'in Pak Hektor, rasanya nikmat sekali.
"..Hhhoohh.. Aaahh.. "
Tanpa dapat kutahan, desahan nikmat lolos dari bibirku yang gemetaran.
".. Hhhoohh.. Hhhoosshh.. Uuuhh.. Aaahh.."
Pak Hektor hanya tersenyum mesum, melihatku mulai menikmati servisnya. Precum semakin banyak mengalir keluar dari kontolku, membasahi tangan Pak Hektor.
"Selamat, kamu sudah memasuki fase ke-2, Fase Stabil (plateau phase). Fase ini ditandai dengan keluarnya cairan precum. Aaahh.. Pasti cairanmu ini lezat."
Dia berhenti mengocokku dan mengusap precum-ku dengan jarinya. Tentu saja sebagian menempel pada jarinya. Kulihat dengab mata terbelalak saat dia membawa jarinya masuk ke dalam mulutnya dan mengulum-ngulumnya seperti permen lollipop.
"Enak sekali. Bapak suka," komentarnya, mesum.
Kembali tangannya melanjutkan proses masturbasi pada kontolku. Dan saya pun kembali mengerang-ngerang keenakkan. Meski saya membenci cara cabul yang dia gunakan, namun saya mulai mengerti proses ejakulasi sebab dia mengajariku dengan jelas sekali.
".. Hhhoohh.. Hhhoohh.. " Tiba-tiba saya merasa bahwa orgasmeku akan segera tiba.
Pak Hektor menyadari kegelisahku sebab saya mulai menggeliat-geliat dan wajahku mulai meringis-ringis.
".. Aaahh.. Pak.. Saya akan.. Ejakulasi.. Ooohh.. Tak dapat kutahan.. Aaahh.. Pak.. Tolong sya.. "
"Tenang, keluarkan saja pejuhmu. Biarkan spermamu menyemprot keluar. Jika sudah tersemrot maka kamu baru saja melewati fase orgasme (orgasmic phase) di mana sperma disemprotkan keluar. Rasa nikmat yang akan kau rasakan berbeda dengan ejakulasi sebab mereka berdua merupakan hal yang berbeda, namun terjadi hampir bersamaan."
Pak Hektor semakin mempercepat gerakan tangannya. Saya mulai melenguh-lenguh seperti kerbau. Tanpa peduli apa-apa, Pak Hektor kupeluk untuk menopang tubuhku.
".. Hhhooh.. Aaahh.. Saya.. Hhhooh.. Mau kkeelluuaarr.. Aaarghh!!"
Orgasme benar-benar mengguncnag-guncang tubuhku, mengoyak-ngoyak pikiranku, dan membawaku terbang ke langit ke-7. Ejakulasiku lebih hebat daripada yang biasa kualami. Ejakulasi kali ini, jummlah sperma yang keluar sangat banyak. Spermaku tersembur ke depan dan mendarat ke lantai. Denyutan-denyutan liarnya membuat napasku terengah-engah. Pak Hektor tertawa penuh kemenangan saat saya terkulai lemas di dalam pelukannya.
"Dan sekarang kamu memasuki tahap tenang (resolution phase) di mana tubuhmu mulai kembali normal dan kontolmu mulai melemas. Sebuah perjalanan indah menuju puncak kenikmatan baru saja usai," kata Pak Hektor lembut sambil membelai-belai tubuhku.
Setelah kontolku melemas, dia mengangkat tangannya yang belepotan spermaku dan menjilati-jilatinya.
"Mmm.. Pejuh kualitas nomor satu," komentarnya, "Enak sekali. "
Saya mulai bernapas lega, senang bahwa cobaanku telah berakhir. Namun saat kepalaku berada dalam dada Pak Hektor yang keras itu, entah kenapa hasratku naik lagi. Saya suka sekali dengan dadanya dan juga putingnya. Pelan-pelan kontolku menegang lagi.
"Oh, apa yang terjadi? Kenapa batang saya berdiri?" tanyaku kebingungan.
Saya mencoba untuk menurunkannya, namun kontolku punya pikirannya sendiri, dan dia menolak untuk tidur.
"Jangan dilawan. Biarkan sisi homoseksualitasmu merangkulmu. Biarkan hasratmu lepas dan bebas. Biarkan dirimu mencicipi tubuhku. Jangan takut. Saya akan membimbingmu," katanya, lembut sekali.
Untuk sesaat saya tersihir omongannya yang lembut bak anggur yang memabukkan. "
Oh kasihku, saya ingin sekali mencicipi tubuhmu. Bapak ingin sekali memasukkan kontol Bapak ke dalam mulutmu dan juga ke dalam pantatmu. Bapak ingin bercinta denganmu. "
Sekujur tubuhku kaku ketakutan mendengar pengakuan jujur sang guru les yang bejat itu. Pak Hektor ingin menyodomiku! Dengan pandangan penuh ketakutan, kulihat Pak Hektor mengocok-ngocok kontolnya yang besar itu dan mengarahkannya ke pantatku! Apa yang dapat kulakukan untuk menghindarkan diriku darinya?!
Pak Hektor kembali berkata, "Jangan takut, Bapak takkan menyakitimu. Percayalah dengan Bapak. Disodomi itu enak sekali, loh. Tapi sebelumnya, Bapak ingin mencicipi kontolmu dulu."
Sehabis berkata demikian, Pak Hektor langsung berlutut di depanku dan mulai memasukkan kontolku yang belepotan sperma ke dalam mulutnya. Tak ada rasa jijik sekalipun di wajahnya. Malah nampaknya dia sangat menyukai pejuh. Dengan rakus, sisa-sisa pejuh yang menempel di kepala kontolku dijilatinya sampai habis. Dan begitu lidahnya yang panas menyapu permukaan kulit kontolku, saya mengerang-erang keenakkan, hampir kehabisan napas. Memang saya belum pernah disepong. Tak pernah saya mengira bahwa disepong cowok akan begitu menggairahkan. Pak Hektor, guru les-ku, sedang menyedot kontolku!
Beberapa kali badanku menggeliat-geliat akibat sensitivitas berlebihan dari kontolku. Namun Pak Hektor tak pernah mau melepaskan kontolku, seakan kontolku merupakan harta karunnya.
".. Hhohh.. Aaahh.. Pak.. Hhhohh.. Rasanya enak.. Aaahh.. Hisap terus, Pak.. Hhhoohh.."
Tanpa sadar, saya melenguh-lenguh keenakkan, menikmati servis ala homo yang diberikannya.
".. Hhhohh.. Hhhososhh.. Aaahh.. Aaahh.. "
Tak tahu harus mencengkeram apa, kedua tanganku memegangi punggungnya. Namun saat kenikmatan mendera sekujur tubuhku, tak kuasa menahannya, saya mencakar punggung Pak Hektor. Pak Hektor tak keberatan, malah dia menjadi semakin terangsang. kontol kudanya menjadi semakin menegang. Tetesan precum dari lubang kontol itu telah mengotori lantai kamarku, becek di mana-mana.
Sedotan Pak hektor semakin lama terasa semakin enak. Dorongan untuk ngecret kembali timbul. Seiring dengan sedotannya, dorongan itu bertumbuh semakin besar.
".. Hhhoohh.. Aaahh.. Oohh.. Hhhoohh.. "
Kupegangi kepalanya kuat-kuat dan bersiap-siap untuk ngecret.
".. Aaarrgghh!!"
Tapi pas pada saat saya akan ngecret, Pak Hektor menekan saluran tepat di bagian bawah kontolku kuat-kuat. Saluran itu berdenyut-denyut dan kontolku juga berkedut-kedut membabi buta di dalam mulut Pak Hektor. Orgasme mengguncang tubuhku, namun aneh, tak ada sperma yang keluar. Memang ada yang bocor keluar, namun tak sebanyak pada ejakulasi biasa.
"Uuuhh!!"
Saya sedang mengalami orgasme kering! Itu artinya, saya berorgasme tapi tidak ejakulasi.
"Aaahh.. "
Desahku dan sekujur tubuhku melemas. Tak kusangka orgasme kering juga dapat menguras energi.
"Bapak harap kamu suka. Bapak tadi menekan uretramu dan memblok jalan keluar pejuh kamu. Hasilnya, orgasme menjemputmu tanpa ejakulasi. Enak 'kan?" tanya Pak Hektor, kembali berdiri.
Kedua tangannya langsung meraba-raba dadaku lagi. Terlalu letih, saya hanya bisa mengangguk-ngangguk lemah.
"Bapak harap, kamu pun mau melakukan oral seks pada kontol Bapak," katanya.
Saya menjadi semakin melemas mendengarkannya. Membayangkan kontol Pak Hektor di dalam mulutku membuatku serasa ingin muntah. Namun dia tak memberiku pilihan. Dengan lembut, dia menekan kepalaku ke bawah, memaksaku berlutut di depannya. Kemudian kedua tanagannya menurunkan rahangku dan membuat mulutku terbuka lebar. Selanjutnya, kontolnya dimasukkan tanpa hambatan yang berarti. Dan anehnya, selama dia berbuat hal itu, saya tak kuasa melawannya, seakan-akan seluruh tubuhku patuh padanya.
Saat kontolnya akhirnya bersarang di dalam mulutku, saya mulai merasa mual. Ingin rasanya saya memuntahkan kontol itu keluar. Cairan precum nya masih meleleh keluar dari kontol itu juga membanjiri mulutku. Rasa asinnya begitu enak dan menyihirku. Mendadak rasa mualku pun hilang entah kenapa. Perasaan lain datang menggantikannya. Kini saya merindukan kontol itu dan ingin sekali untuk menyedotnya. Tanpa dapat kutahan, lidahku mulai bergerak-gerak dengan lincah, menyelimuti kepala kontol itu dengan permainan lidahku. Sesekali lubang kontol Pak Hektor kutusuk-tusuk dengan lidahku. Air liurku bercampur dengan precum yang keluar dari kontol itu. Pak Hektor benar-benar menikmati oral seks yang kuberikan. Tak henti-hentinya dia mengerang,
".. Ooohh.. Bagus.. yaahh.. Hisap kontol Bapak.. Aaahh.. Sedot terus.. Uuuhh.. Hhhoosshh.. Eeennaakk.. Aaahahh.. "
Sesekali, Pak Hektor terbawa emosi dan menyodok-nyodokkan kontolnya ke dalam mulutku. Beberapa kali saya tersedak dan mukaku memucat. Rasanya sulit untuk bernapas. Untunglah Pak Hektor memberiku beberapa detik istirahat sebelum kembali menyodok mulutku. Dengan cepat, saya dapat menyesuaikan diri dan mencoba untuk mengakomodasi kontolnya dengan lebih ahli. Mulutku menggelembung tiap kali kepala kontol itu menyodok masuk. Saya sampai kewalahan menyedotnya. Entah kenapa, saya jadi ketagihan precum Pak Hektor dan mencoba untuk memerahnya dari kontol itu. Mmm.. SLURP! SLURP! SLURP! Sungguh enak sekali rasa precum!
".. Hhhohh.. Sedot terus.. Aaahh.. Bapak hampir.. sampai.. Hhhoohh.. Terima pejuh Bapak.. Hhohh.. " dengan itu, Pak Hektor menusukkan kontolnya dalam-dalam dan
"Crott.. croott.. croott.."
Pejuh panas dan segar langsung muncrat ke dalam mulutku yang lapar. Tanpa berpikir, saya langsung menelan semuanya. Mmm.. Rasanya jauh lebih enak dibanding precum. Pejuh Pak Hektor begitu kental sampai saya bisa menggigitnya. Aaahh.. Sungguh enak sekali rasa pejuh seorang pria. Sementara itu Pak Hektor terus-menerus mengerang-ngerang sambil menghentak-hentakkan pinggulnya.! Melenguh panjang, Pak Hektor pun melemas dan tuntaslah semuanya.
Dengan penuh cinta, Pak Hektor mengangkat tubuhku dan membantuku berdiri. Begitu wajah kami saling bertemu, dia kemudian memberikan sebuah ciuman besar sebagai tanda terima kasih. Bibirnya terasa begitu hangat, lembut, dan basah. Saya sangat menikmatinya sampai-sampai saya menciumnya balik. Maka kami berdua pun sibuk saling berciuman bibir-ke-bibir dan lidah-ke-lidah. Entah kenapa kini saya mulai menyukainya, mulai dari wajahnya, kepribadiannya, sampai pada tubuhnya yang kekar berotot. Saya mencintai guru les-ku! Apakah ini pengaruh hipnosis ataukah memang berasal dari dalam diriku? Tapi yang kutahu pasti adalah bahwa saya ingin melakukan apa saja hanya untuknya.
Dan seolah dia dapat membaca pikiranku, dia pun berkata.
"Kau bersedia melakukan apa saja untukku? Bagaimana jika Bapak meminta keperjakaanmu. Sudikah kamu memberikannya?"
Dengan sensual, tangan kanannya menjelajah turun ke pantatku. Lubang anusku yang ketat digelitik-gelitik dan kemudian ditusuk-tusuk. Aaahh.. Pak Hektor sedang menyodomi pantatku dengan jari-jari tangannya.
".. Hhhohh.. Aaahh.. Saya bersedia Pak.. Hhhohh.. Apapun asal Bapak.. Uuugghh.. Senang.. Ngentotin pantatku.. Aaahh.. Pakai badan saya.. Ooohh.. "
Saya memasrahkan tubuhku ke tangannya. Yang kuinginkan hanyalah untuk menyenangkan hati dan kontolnya. Saya ingin melayaninya dengan tubuhku karena itu yang dia mau.
"Bagus. Bapak takkan ragu untuk mengentotinmu."
Matanya memandangku lekat-lekat, membara-bara dengan api nafsu. Dengan penuh nafsu, Pak Hektor membalikkan tubuhku. Untuk memudahkan mengentot, tubuhku sedikit dicondongkan ke depan. Dengan demikian, lubang pantatku pun terekspos.
"Mmm.. Lubang anus yang sangat indah. Bapak suka, dan Bapak yakin bahwa Bapak akan menikmatinya."
Setelah menepuk-nepuk pantatku sebentar, Pak Hektor mulai memposisikan kontolnya di depan lubangku. Pejuh yang masih menempel pada kepala kontolnya digosok-gosokkan pada lubangku. Saya jadi terlena dan mulai menikmati pijat anus yang dilakukan oleh kontol Pak Hektor namun tiba-tiba.. PLOP!
"AARRGGHH!!" kontol Pak Hektor pun amblas, jauh masuk ke dalam saluran pembuanganku.
Anusku yang masih perjaka dipaksa untuk melebar selebar-lebanya. Saya merasa penuh sekali. kontol itu berdenyut-denyut, seolah hidup, dan menyebarkan kehangatan. Meskipun saya terus meringis kesakitan, namun saya merasa tentram sekali, seolah saya berada apda tempat di mana saya seharusnya berada. Saya merasa telah pulang kembali ke rumahku, kembali pada takdirku sebagai pemuas nafsu lelaki. Pak Hektor mengusap-ngusap punggungku, menenangkanku.
Kemudian, saya mulai merasakan kontol kuda itu mulai bergerak mundur. Untuk sesaat, saya merasa kekosongan mengisi badanku.
".. Aaahh.. " saya mendesah kecewa.
Namun kontol itu akhirnya kembali memasuki tubuhku. Kehangatannya mulai mengisi tubuhku kembali. Aahh.. Nikmat sekali.
".. AARRGGHH.. " Erangku, sakit sekaligus nikmat.
Meskipun baru pertama kali ini saya dingentotin, saya dapat menyesuaikan diri. Lubang anusku tidak menegang sehingga mempermudah penetrasi kontol Pak Hektor yang luar biasa besar itu. Saya sendiri heran kenapa saya dapat mengontrol otot anusku sebegitu baik, padahal saya tak berpengalaman dingentotin. Tapi yang penting, saya menikmati sodokan kontolnya.
Eranganku membahana di dalam ruanganku, dan memantul balik dalam bentuk gema. Tubuhku terguncang-guncang seiring dengan irama sodokan kontolnya. Namun Pak Hektor terus memegangi tubuhku, menahannya agar jangan sampai jatuh. Seseklai tanganyanya yang kaut meremas-remas dadaku. Tak lupa, putingku dipelintir-pelintirnya tanpa ampun. Tangannya yang satu lagi bergerak turun dan melingkar di sekitar batang kontolku dan kemudian mengocoknya. Nikmat sekali. Pantatku disodok-sodok kontol sementara kontolku dikocok-kocok.
".. Aaahh.. " lenguhku, tenggelam dalam kenikmatan.
Bagaikan di surga, kami berdua, telanjang bulat, dililit nafsu birahi. Sekujur tubuh kami menegang, dialiri gairah. kontol kami ngaceng sekali, terus-menerus mengeluarkan precum. Napas kami memburu-buru, cepat sekali. Wajah kami meringis-ringis, di batas antara rasa sakit dan kenikmatan. Kami saling mengerang, dan mmenggeliat. Tubuh kami menyatu, disatukan dengan kontol Pak Hektor yang tertanam di dalam tubuhku.
"Pak.. Saya mau kelaur.. Aaahh.. Pak.. Tak tahan lagi.." Erangku, tangaku kuputar ke belakang untuk meremas-remas pinggulnya yang terus menerus menghentak-hentak. Tanda-tanda orgasme semakin medekat. Saya yakin bahwa saya akan segera ngecret.
".. Oohh.. Aaahh.. Uugghh.. "
".. Ooohh.. Pantatmu enak banget.. Ooohh.. Bapak juga.. Hhhoohh.. Mau ngecret.. Aaahh.. Ooohh.. Aaahh.. Aaarrgghh.."
Pak Hektor malah semakin mempercepat gerakan ngentotnya. Saya sampai kewalahan menahan laju kontolnya, namun rasanya malah semakin nikmat. Semakin kuat sodokan kontolnya, semakin tubuhku terstimulasi. Apalagi kontolnya itu selalu membentur sesuatu di dalam tubuhku yang mengirim gelombang nikmat yang tak terkatakan.
".. Aaahh.. Uuugghh.. Ohh.. Aahh.. " Tanpa dapat dicegah, kontol Pak Hektor menegang dan membengkak kemudian muncratlah pejuhnya. Pejuhnya langsung masuk membanjiri bagian dalam tubuhku.
Orgasme Pak Hektor memicu orgasmeku, apalagi tangannya sedang mencoli kontolku. Kontan saja, saya pun tiba pada klimaks-ku, tanpa dapat kuhalangi. Kontolku bergetar-getar lebih keras daripada biasanya. Lubang kontolku menganga lebar-lebar dan membiarkan aliran pejuh mengalir keluar bagaikan lava putih yang muncrat dari kawah gunung berapi. Sepasang tangan Pak Hektor yang kuat dan berotot terus setia menahan tubuhku dan menungguku sampai saya selesai berorgasme. Dan ".. Aaahh.. " Napasku masih terengah-engah, letih sekali. Di bawah kakiku, genangan pejuhku yang keputihan nampak menggenang.
Pak Hektor membalikkan tubuhku kembali, kami saling berhadapan. Tiba-tiba saya merasa kosong karena kontol Pak Hektor sudah meninggalkanku. Namun pejuhnya masih terasa menetes-netes keluar dari anusku. Dapat kulihat cinta di matanya. Pak Hektor kemudian memelukku dan kami pun kembali berciuman. Cinta mulai bersemi dalam hatiku. Dan saya ingin tetap bersamanya selamanya. Tindakannya yang bejat dengan cara mencabuliku memang salah. Tapi jika dia tidak mencabuliku, saya takkan dapat menemukan homoseksualitasku, dan juga cintaku.
Setahun telah berlalu, kini saya sudah masuk kuliah. Hubunganku dengan Pak Hektor tetap berjalan terus meksipun dia sudah tidak mengajariku lagi. Orangtuaku mengira kami cuma berteman akrab saja. Padahal, kami berdua telah menjadi sepasang kekasih homoseksual. Saya hanya berharap bahwa cinta kami dapat bertahan lama, selamanya